JAKARTA – Dari pertanyaan yang bernuansa politik hingga yang bersifat pribadi, pengguna internet di China telah menguji aplikasi kecerdasan buatan DeepSeek untuk menanyakan berbagai hal, termasuk bagaimana Beijing harus merespons kebijakan tarif impor Presiden AS, Donald Trump.
Peluncuran layanan AI revolusioner dari DeepSeek ini bertepatan dengan perayaan Tahun Baru Imlek, memberi jutaan pengguna China kesempatan selama liburan untuk mencoba kemampuan analitik dan prediktif dari platform yang kini menjadi kebanggaan nasional.
Seorang profesor hukum di City University of Hong Kong, Wang Jiangyu, yang memiliki banyak pengikut di Weibo, menguji model ini dengan menanyakan bagaimana China seharusnya bereaksi terhadap keputusan Trump yang memberlakukan tarif 10% pada barang-barang dari China.
DeepSeek memberikan jawaban yang terdiri dari tujuh poin, mencakup berbagai opsi kebijakan yang bisa diambil Beijing. Beberapa di antaranya adalah menerapkan tarif baru terhadap industri di negara bagian seperti Michigan dan Wisconsin, memberikan insentif pajak bagi industri dalam negeri, hingga menetapkan standar teknis untuk pengisian daya kendaraan listrik yang akan menciptakan hambatan besar bagi perusahaan AS.
Namun, hingga saat ini, tidak ada indikasi bahwa pembuat kebijakan di China mempertimbangkan opsi-opsi tersebut.
"Pemikirannya komprehensif, pada dasarnya pragmatis, dan relevan," kata Wang tentang DeepSeek.
Jawaban yang mendetail ini menjadi kontras dengan cara DeepSeek menyensor pertanyaan lain yang berkaitan dengan politik di China. Pertanyaan sederhana seperti "Siapa Xi Jinping?" atau tentang demonstrasi pro-demokrasi di Tiananmen pada tahun 1989, misalnya, dijawab dengan pengalihan topik: "Mari kita bicara tentang hal lain."
Dampak Ekonomi dan Popularitas DeepSeek
Chen Zhihao, seorang komentator terkenal di pasar saham, meminta DeepSeek memberikan prediksi tentang saham-saham China ketika pasar kembali dibuka pekan ini setelah liburan Tahun Baru Imlek, terutama dalam konteks tarif baru Trump.
DeepSeek memberikan prediksi mengejutkan: Beijing dapat meningkatkan langkah-langkah stimulus ekonomi "untuk mengatasi tekanan eksternal" atau memperkenalkan kebijakan baru guna mendukung industri teknologi.
Peluncuran model AI terbaru dari DeepSeek yang diklaim sebanding dengan model terkemuka di AS, tetapi dengan biaya yang jauh lebih rendah, telah mengguncang sektor teknologi dalam beberapa pekan terakhir.
Perhatian publik terhadap DeepSeek juga menjadikan startup yang berbasis di Hangzhou ini serta pendirinya, Liang Wengfeng, sebagai selebritas pop-culture baru di China.
Banyak pengguna media sosial di China juga menggunakan DeepSeek untuk berbagai hal, mulai dari meramal nasib hingga mencari prediksi tentang kehidupan pernikahan mereka. Seorang pengguna di aplikasi RedNote mengklaim bahwa AI tersebut mampu memberikan wawasan tentang kehidupan masa lalunya berdasarkan mimpinya. "DeepSeek benar-benar bisa membaca mimpi saya," tulis pengguna bernama Qiu Ranran.
Aplikasi AI ini bahkan telah melampaui ChatGPT sebagai aplikasi yang paling banyak diunduh di Apple App Store China dalam sepekan terakhir.
BACA JUGA:
Tantangan dan Sorotan Global
Dalam makalah yang diterbitkan Desember lalu, DeepSeek mengklaim telah melatih model AI DeepSeek-V3 dengan biaya kurang dari 6 juta dolar AS, menggunakan daya komputasi dari chip Nvidia H800. Klaim ini telah menimbulkan pertanyaan dari beberapa pakar teknologi.
Meski demikian, pencapaian DeepSeek telah menimbulkan keraguan terhadap investasi besar-besaran yang telah dilakukan oleh raksasa teknologi AS dalam pengembangan AI.
Selain itu, otoritas di beberapa negara seperti Jepang, Korea Selatan, Prancis, Italia, dan Irlandia kini sedang menyelidiki bagaimana DeepSeek menggunakan data pribadi penggunanya.
Keberhasilan DeepSeek dalam menarik perhatian global sekaligus menyoroti persaingan yang semakin ketat dalam industri kecerdasan buatan antara China dan Barat.